I. PENDAHULUAN
I.
TABLET
Definisi tablet menurut USP adalah:
bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat, dengan atau tanpa aditif yang
sesuai. Berbagai tablet bervariasi dalam hal bentuk, ukuran dan bobotnya,
tergantung pada jumlah bahan obat dan cara pemberian yang diinginkan.
Semua bentuk tablet dpat dibuat
dengan metode certak langsung, granulasi basah, granulasi kering atau
kombinasinya.
Tahap pertama dalam mendesain suatu
formulasi obat adalah studi preformulasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan formukasi
yang rasional, memaksimumkan usaha formulasi serta mendapatkan kualitas dan
penampilan produk yang optimal.
II.
ZAT AKTIF TABLET
Ada 2 kelompok obat yang dapat
diberikan secara oral dalam bentuk tablet :
1. Obat-obat
yang tidak larut : diharapkan obat bekerja lokal di saluran gastrointestinal.
Misal : antasida, anticacing, adsorben.
2. Obat-obat
yang larut : diharapkan mempunyai efek sistemik setelah obat terdisolusi di
dalam lambung atau intestin, yang diikuti dengan proses absorbsi.
Perlakuan atau proses terhadap zat
aktif tergantung pada :
1.
Dosis yang dibutuhkan
2. Sifat
fisika dan kimia zat aktif dan eksipien
3. Sifat
( nature ) obat
4. Tujuan
pemakaian
5. Masalah
absorbsi dan bioavailabilita
6.
Granulasi dan metode
tabletting yang digunakan.
III.
ZAT TAMBAHAN (ADITIF) TABLET
Ada 6 kelompok besar aditif tablet
yaitu :
1.
Pengisi (filler,
diluent)
2. Pengikat
(binder)
3. Penghancur
(disintegran)
4. Pelincir
(lubrikan)
5. Zat
warna dan pemanis
III.1. Pengisi Tablet
Walaupun pengisi umumnya merupakan
zat inert, namun kenyataannya pengisi dapat mempengaruhi biofarmasetika serta
sifat-sifat fisika dan kimia tablet. Sensitivitas pengisi terhadap perubahan
fisikokimia yang disebabkan oleh processing atau manufacturing dapat mempengaruhi kualitas tablet sehingga
perlu diperhatikan dalam pemilihan pengisi. Contoh pengisi :
a.
Laktosa Monohidrat :
umumnya formula dengan laktosa menunjukan laju pelepasan obat yang baik, mudah
dikeringkan dan relatif tidak sensitif terhadap variasi kekerasan tablet.
b. Laktosa
Anhidrat : lebih menguntungkan dibanding bentuk hidrat karena tidak reaktif
terhadap reaksi Maillard (yang menyebabkan timbulnya wana coklat).
c. Spray
– dried lakctosa : biasanya digunakan sebagai pengisi pada tablet cetak
langsung.
d. Starch
: starch berasal dari corn, wheat atau potatoes
e. Manitol
dan Sorbitol : banyak digunakan dalam formulasi tablet kunyah
f.
Avicel : banyak
digunakan sebagai pengisi cetak langsung
III.2. Pengikat Tablet
Tujuan penambahan pengikat adalah
untuk meningkatkan daya kohesivitas serbuk (yang mungkin diperlukan untuk
membentuk granul) sehingga jika dikompresi akan membentuk massa yang kompak sebagai
tablet. Contoh pengikat :
a.
Tragakan : cara terbaik
dalam penggunaannya adalah dengan menambahkannya dalam bentuk kering, kemudian
diaktivasi dengan penambahan air.
b. Gelatin
: merupakan pengikat yang baik dan memberikan tablet yang kekerasannya mirip
dengan yang dihasilkan oleh tragakan.
c. Sukrosa
: digunakan sebagai sirup, dengan konsentrasi 50-75%.
d. Starch
: sebagai pasta akan menghasilkan tablet yang lunak dan rapuh.
e. Sellulosa
: metil selulosa dan CMC menghasilkan tablet dengan kekerasan sedang.
f.
PVP : Kollidon 25,
30 dan 90 akan menghasilkan granul yang
keras dan bebas mengalir, di dalam tablet granul tersebut mempunyai ikatan yang
baik.
III.3. Penghancur (Disintegran) Tablet
Disintegran bermanfaat untuk
mempermudah hancurnya tablet. Disintegran dapat ditambahkan sebelum granulasi,
selama tahap lubrikasi atau pada kedua tahap tersebut sebelum kompresi.
Beberapa disintegran juga berfungsi sebagai pengikat. Menurut tempat kerjanya,
disintegran dapat dibagi menjadi 2 yaitu : disintegran intragranular dan
ekstragranular. Disintegran ekstragranular akan menyebabkan disintegrasi tablet
lebih cepat dibandingkan yang intragranular. Jadi dianjurkan untuk
mengkombinasi kedua jenis disintegran tersebut.
Contoh disintegran :
a.
Starch : merupakan
disintegran yang cukup banyak dipakai. Derivatnya yaitu Primogel dan Explotab.
b. Avicel
: mempunyai sifat disintegran yang baik jika terdapat dalam konsentrasi rendah
(10%).
c.
Alginat dan Gom.
III.4. Pelincir (Lubrikan)
Problem utama yang sering
berhubungan dengan pembuatan tablet adalah : aliran granul, adhesi bahan dengan
punch dan die, serta pelepasan tablet dari ruang die.
Kerja lubrikan diperlukan untuk
mereduksi friksi antara bagian dalam dinding die dan tepi tablet pada proses
pengeluaran tablet. Contoh lubrikan : Talk dan Magnesium Stearate.
Antiadheren : berfungsi mencegah
sticking terhadap punch dan/ atau dinding die, terutama untuk formula tablet
yang mudah mengalami picking, misalnya
Multivitamin yang mengandung kadar vitamin E yang cukup tinggi. Contoh
antiadheren : Cab-O-Sil.
Glidan : berfungsi memperbaiki
karakteristik aliran granul sekaligus aliran granul dari hopper ke ruang die.
Contoh glidan : Talk, Cab-O-Sil, Aerosil.
Perlu kombinasi 2 atau lebih
senyawa untuk mendapatkan sifat lubrikan, antiadheren dan glidan.
IV.
METODE PEMBUATAN TABLET
Berdasarkan prinsip pembuatannya,
dapat dibedakan 3 metode pembuatan tablet yaitu : granulasi basah, granulasi
kering dan cetak langsung.
IV.1. Metode Granulasi Basah
Secara sederhana prosesnya dapat
dijelaskan sebagai berikut : campuran zat aktif dan eksipien dibasahi dengan
cairan granulasi. Granul dibentuk dengan cara melewatkan massa yang basah
melalui ayakan, kemudian dikeringkan. Massa granul yang kering diayak kembali
selanjutnya dikompresi.
IV.2. Metode Granulasi Kering
Proses ini menunjukan granulasi
campuran serbuk kering dengan cara kompresi tanpa melibatkan panas dan pelarut.
Metode ini khususnya cocok untuk senyawa aktif yang peka terhadap panas atau
lembab. Ada 2 proses yang dapat dilakukan untuk metode ini yaitu :
·
Slugging : melibatkan
prekompresi campuran serbuk dengan
cetakan tablet sehingga dihasilkan slug, yang kemudian dihancurkan dan diayak
menjadi granul.
·
Pressure Roll : serbuk
dikompresi dengan pressure rolls.
IV.3. Metode Cetak Langsung
Merupakan proses dimana tablet
dicetak langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien. Eksipien yang
umum adalah pengisi, disintegran dan lubrikan. Untuk menghasilkan tablet yang
baik, campuran serbuk harus mengalir secara seragam dan membentuk massa yang
kompak.
V.
MASALAH DALAM PEMBUATAN
TABLET
Masalah-masalah yang dapat muncul
selama proses pembuatan tablet adalah : capping, laminasi, chipping, cracking,
picking, sticking, dan mottling.
V.1. Capping
Capping adalah pemisahan sebgaian
atau keseluruhan bagian atas atau bagian bawah tablet dari badab tablet.
Biasanya disebabkan karena adanya udara yang terjerat dalam ruang die. Hal ini
sering terjadi pada metode granulasi dengan jumlah fine yang banyak. Penyebab
lainnya adalah kelebihan kelembaban granul, overlubrikasi atau kurangnya
lubrikan.
V.2. Laminasi
Laminasi adalah pemisahan tablet
menjadi dua bagian atau lebih. Umumnya keretakan atau pecahnya tablet terjadi
segera setelah kompresi atau beberapa jam/hari kemudian.
Penyebabnya adalah :
·
Udara yang terjerat
dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompresi.
·
Over lubrikasi dengan
stearat.
Cara untuk mengatasi laminasi
adalah :
·
Mengayak fine melalui
ayakan mesh 100-200
·
Menambah/mengurangi/mengganti
lubrikan
·
Mengeringkan/melembabkan
granul
·
Memperbaiki prosedur
granulasi
·
Menambah pengikat
V.3. Chipping
Chipping adalah keadaan dimana
bagian bawah tablet terpotong. Penyebabnya karena ujung punch bawah tidak rata
dengan permukaan atas die.
V.4. Cracking
Cracking adalah keadaan dimana
tablet pecah, lebih sering di bagian atas – tengah.
Langkah-langkah untuk mengatasi
chipping dan cracking adalah :
·
Mengganti/membersihkan
punch
·
Memperbaiki mesin
tablet
·
Menambah pengikat dan /
atau pembasah
·
Mengurangi atau
menghilangkan fine
·
Reformulasi
·
Reduksi ukuran granul
V.5. Picking
Picking adalah perpindahan bahan
dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch. Penyebabnya adalah
penyaringan granul belum cukup, jumlah glidan kurang atau yang di kompresi
adalah bahan berminyak atau lengket.
V.6. Sticking
Sticking adalah keadaan dimana
granul menempel pada dinding die (ada adhesi) sehingga punch bawah tidak dapat
bebas bergerak. Penyebabnya adalah : punch kurang bersih, tablet dikompresi
pada kelembaban tinggi.
Untuk mengatasi sticking dan
picking dapat dilakukan :
·
Pengurangan kadar
lembab granul
·
Penggantian atau
pengurangan jumlah lubrikan
·
Penambahan pengikat
·
Penambahan adsorben
seperti : silika gel, aerosil, avicell.
·
Pembersihan permukaan
punch
V.7. Mottling
Motlling adalah keadaan dimana
distribusi zat pewarna pada permukaaan tablet tidak merata.
V.8. Binding
Binding dalam die menunjukan
resistensi tablet untuk dikeluarkan akibatadhesi dengan dinding die. Langkah –
langkah untuk mengatasi binding adalah :
·
Menambah lubrikan atau
menggunakan lubrikan yang lebih efisien
·
Memperbaiki metode
penambahan lubrikan
·
Menambah kelembaban
granul atau dilakukan regranulasi
·
Reduksi ukuran granul
·
Kompresi dilakukan pada
suhu atau kelembaban yang lebih rendah
VI.
SIFAT – SIFAT TABLET
YANG BAIK
Dengan metode pembuatan tablet yang
manapun, tablet yangdihasilkan harus mempunyai sifat-sifat yang memuaskannya
itu :
1.
Cukup kuat dan resisten
terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan, transportasi dan sewaktu
ditangan konsumen. (sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan friabilita).
2. Zat
aktifdi dalam tablet harus dapat tersedia di dalam tubuh atau bioavailability.
(sifat ini dapat dimonitor dengan uji disintegrasi dan uji disolusi).
3. Tablet
harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk tablet
dengan kadar zat aktif kurang dari 50 mg). (parameter ini dapat di uji dengan
uji variasi bobot dan uji keseragaman kandungan).
4. Tablet
berpenampilan elegan dan mempunyai karakteristik warna,bentuk dan tanda-tanda
lain yang menunjukan identitas produk.
5.
Tablet harus menunjukan
stabilita (fisik dan kimia) serta efikasi konsisten.
VII.
EVALUASI TABLET
Untuk mengetahui apakah tablet yang
dihasilkan telah memenuhi kriteria atau belum, diperlukan beberapa pengujian,
diantaranya adalah :
VII.1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual
meliputi : warna (homogenitas zat warna), bentuk (bundar, permukaan rata atau
cembung), cetakan (garis patah, tamda, logo pabrik), dll.
VII.2. Uji Keseragaman Ukuran
Untuk tujuan mudah digunakan dan
estetik, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak boleh > 3x dan tidak
< 1/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan terhadap
20 tablet.
VII.3. Uji kekerasan
Dilakukan dengan alat hardness
tester. Kekrasan tablet diukur terhadap luas permukaan tablet, dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. Satuan kekerasan adalah newton,kp.
VII.4. Uji Friabilita
Dilakukan dengan alat friabilator
menggunakan 20 tablet. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet terhadap
gesekan atau bantingan selama waktu tertentu. Uji friabilita biasanya dilakukan
selama 15-20 menit tergantung spedifikasi alat. Tablet yang baik mempunyai
friabilita < 1%.
Perhitungan : f =
x 100%

f
= friabilita
a
= bobot total tablet sebelum diuji
b
= bobot total tablet setelah diuji
VII.5. Uji keseragaman Bobot
Uji dilakukan terhadap 20 tablet,
dengan cara menimbang satu persatu. Persyaratan Farmakope Indonesia :
Bobot rata-rata (mg)
|
Deviasi maksimum (%)
|
|
![]() |
25
|
15 30
|
25 – 150
|
10 20
|
151 – 300
|
7,5 15
|
>300
|
510
|
VII.6. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat
disintegration tester menggunakan 6 tablet. Persyaratan Farmakope Indonesia :
kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit (
untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut
gula atau salut selaput.
VII.7. Uji Keseragaman Sediaan
Persyaratan untuk uji ini secara
lengkap dapat dilihat di FI IV , hal 999. Uji biasanya dilakukan jika tablet
mengandung zat aktif < 50 mg. Pengujian dilakukan terhadap 10 tablet.
Persyaratan : tidak boleh lebih dari 2 tablet yang kadarnya diluar rentang
85-115% dari kadar rata-rata dan tidak boleh lebih dari 1 tablet yang kadarnya
di luar rentang 75-125% dari kadar rata-rata.
VII.8. Uji Disolusi
Uji ini dikaukan untuk mengetahui
kapan zat aktif mulai dilepaskan dan kapan tercapai kadar maksimum di dalam
media disolusi, serta bagaimana profil disolusi zat aktif secara in vitro.
II. METODA PERCOBAAN
Metoda percobaan dalam percobaan
kali ini adalah metoda granulasi kering. Granulasi Kering adalah mencampurkan
zat khasiat, zat pengisi, dan penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat
pengikat dan zat pelicin hingga menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa
cetak pada tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak
hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya
dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan.
Keuntunga granulasi kering, yaitu
tidak diperlukan panas dan kelembapan dalam proses granulasi kering ini serta
penggunaan alatnya lebih sedehana, sedangkan kerugiannya adalah menghasilkan
tablet yang kurang tahan lama dibandingkan dengan cara granulasi basah. Metode
Granulasi Keringini menunjukan granulasi campuran serbuk kering dengan cara
kompresi tanpa melibatkan panas dan pelarut. Metode ini khususnya cocok untuk
senyawa aktif yang peka terhadap panas atau lembab. Ada 2 proses yang dapat
dilakukan untuk metode ini yaitu :
·
Slugging : melibatkan
prekompresi campuran serbuk dengan cetakan
tablet sehingga dihasilkan slug, yang kemudian dihancurkan dan diayak menjadi
granul.
·
Pressure Roll : serbuk
dikompresi dengan pressure rolls.
III. DATA PREFORMULASI
1.
ZAT AKTIF
Antalgin (FI IV hal,538)
Pemerian :
Serbuk Hablur, putih/ putih kekuningan.
Kelarutan :
Larut dalam air, mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.
ZAT PENGIKAT
a. amilum
Pemerian :
Serbuk sangat halus, putih tidak berbau tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak
larut dalam air dingin dan etanol
Penyimpanan :
Dalam
wadah tertutup baik
dan kering.
b.
Aqua
Pemerian : cairan jernih tidak
berbau
Kelarutan : keasaman-basaan pada 10 ml
tambahkan 2 tetes metal P:
Penyimpanan
: Dalam wadah
tertutup baik
3. ZAT PENGHANCUR DALAM
a.
Corn Starch
pemerian : Serbuk sangat halus dan putih
kelarutan : Praktis tidak larut dalam
air dengan dan dalam etanol.
penyimpanan
:Dalam
wadah tertutup rapat
dan tidak tembus cahaya.
4. ZAT PENGISI
a.
laktosa (F 1V Hal 489)
pemerian : Serbuk
atau masa hablur
,keras , putih atau putih krem tidak
berbau dan rasa sedikit manis
satbil ,tetapi mudah menyerap bau.
kelarutan :Mudah
(dan pelan-pelan) larut
dalam air dan lebih mudah larut
dalam air mendidih sangat sukar larut
dalam etanol: tidak larut
dalam kloroform dan
dalam eter.
Penyimpanan :Dalam
wadah tertutup baik.
5. PENGHANCUR LUAR
a. Avicel
PH 102
Pemerian :
Bagian selulosa yang terdepolimerasi berbentuk putih, bersih, serbuk kristal,
tidak berwarna tidak berasa.
Kelarutan : Sukar larut di 5% w/v larutan sodium hidroksida,
praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan banyak pelarut organik.
Penyimpanan :
Dalam
wadah tertutup rapat,
tidak
tembus cahaya.
6. GLIDAN/ANTIADHERENT
a.
Talk (F1 1V Hal 771)
Pemerian : Serbuk hablur
sangat halus putih/
putih kelabu berkilat
mudah melekat pada
kulit dan bebas
dari butiran.
Kelarutan : Tidak
larut dalam air dalam etanol
dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
b.
Mg. Stearat (F1 1V Hal 515)
Pemerian : Serbuk
hablur putih dan
voluminis ,bau
lemah khas mudah
melekat di kulit bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak
larut dalam air, dalam etanol
dan dalam eter.
Penyimpanan :
Dalam
wadah tertutup baik.
7. PEMANIS
a.
Sodium saccharin
Pemerian ` :
serbuk hablur putih tidak berbau atau berbau aromatic lemah.
Larutan
encer sangat manis. Larutan bereaksi asam terhadap lakmus.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam
kloroform dan dalam eter;
larut
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol mudah larut dalam ammonia encer.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
IV. FORMULA SEDIAAN
JENIS ZAT
|
NAMA ZAT
|
FORMULA
|
Jumlah
per tablet
|
Penimbangan
(Jumlah /
batch)
|
ZatAktif
|
Antalgin
|
80 mg
|
84 mg
|
84
|
Pengikat
|
Amilum
|
10 %
|
30 mg
|
30 g
|
Aqua
|
95
|
95
|
95g
|
|
Penghancur dalam
|
Corn Starch
|
6 %
|
18 mg
|
18 g
|
Pengisi
|
Laktosa
|
*
|
31,15 mg
|
31,15 g
|
Penghancur luar
|
Avicel PH 102
|
10%
|
30mg
|
30g
|
Glidan / anti adheren
|
Talk
|
1%
|
3 mg
|
3 g
|
Mg. Stearate
|
0.80 %
|
2,4 mg
|
2,4 g
|
|
Pemanis
|
Sodium sacchrin
|
0,80 %
|
2,4
mg
|
2,4g
|
Sodium cyclamat
|
1%
|
3mg
|
3g
|
|
Pewarna
|
Orange
|
0,35%
|
1,05 mg
|
1,05g
|
jumlah
|
300 mg
|
300 g
|
V. PROSEDUR PEMBUATAN
diaduk
suspensikan kedalamnya bahan pengikat. Tambahkan air mendidih (95oC)
teruskan pengadukan hingga diperoleh ciran yang jernih.
2.
Granulasi : Ayak
zat aktif, bahan penghancur dan pengisi sebelum dicampur
mengunakan
ayakan mesh 30. Tuangkan zat aktif bahan pengisi dang penghancur dalam kedalam wadah
baskom. Aduk homogeny selama 5 menit. Tambahkan larutan pengikat (suhu 60 oC).
aduk hingga menjadi masa yang kompak. Bila perlu dapat ditambahkan air hangat.
Masukan pemanis (gula) 0,5 gram kedalam beker glas dan tambahkan air 5 ml aduk
hingga larut. Dan campurkan hingga homogeny. Setelah homogeny masukan pewarna
dan essence orange tiga tetes saja. Lalu aduk hingga merata dan berubah warna.
3.
Granulasi massa
basah ini dengan ayakan mesh 8 atau mesh 12 hingga terbentuk granul yang baik.
Keringkan granulat didalam oven yang telah dilatasi kain betis selama 10 menit.
4.
Pen campuran
akhir : Ayak granulat yang telah kering dan ayakan mesh 12/
mesh16.
Masukan granul ke dalam kantong plastic. Tambahkan kedalamnya bahan penghancur,
glidan dan anti adheren yang telah diayak dengan mesh 30. Kocok kantung plastic
selam 5 menit.
VI. TABULASI DATA DAN EVALUASI GRANUL DAN
SEDIAAN UNTUK TIAP PERCOBAAN
A. EVALUASI
GRANUL
·
Uji Aliran Granul
Waktu
seluruh massa (20gram dan 30gram) melewati corong dilakukan 2x (duplo)
Percobaan
|
Hasil (waktu/ detik)
|
I (20g)
|
11,73
|
II (20g)
|
13,27
|
Perhitungan:



=
= 12,5 detik

Tidak memenuhi syarat karna percobaan melebihi dari 10
detik
·
Uji pemampatan granul
Tinggi
awal massa dalam gelas ukur dan tinggi akhir massa dalam gelas ukur.
Percobaan
|
Tinggi awal
|
Tinggi akhir
|
I
|
11
cm
|
9
cm
|
II
|
11cm
|
9,5
cm
|
Perhitungan
:
Percobaan
I : =


=
x 100%
= 81,81
%

Percobaan
II : =
x 100%

=
x 100%
= 86,36
%



=
= 84,085
%

·
Hasil Akhir Granul
(Yield)
Berat
akhir granul berbanding berat teoritis granul, syarat : 90 % - 110 %
Berat
teoritis granul = 300
g
Berat
akhir granul
Perhitungan :
x 100%

=
x 100%

= 77,64333 %
VII.
DATA
REFERENCE ( Farmakope Indonesia ed III dan IV )
VIII.
PEMBAHASAN
DAN DISKUSI HASIL PERCOBAAN
A.
Pembahasan
Berdasarkan
percobaan yang akan kami bahas dalam laporan ini adalah pertama-tama dihitung
formula dari jenis zat, setelah dihitung di masukkan ke dalam tabel yang
nantinya akan digunakan dalam penimbangan.
Setelah semua bahan selesai
ditimbang lalu diayak dengan menggunakan mesh 30 , setelah diayak campurkan
semua bahan dalam baskom. Dalam pencampuran dibagi menjadi 2 yaitu:
·
pencampuran fasa dalam
: yang dicampur adalah zat aktif, bahan pengikat, penghancur dan pengisi. Aduk
homogen selama 5 menit.
·
Pencampuran akhir : yaitu semua bahan dimasukkan ke dalam
kantong plastik ukuran 1kg. Lalu di kocok sampai 10 menit hingga homogen.
Percobaan dalam
pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi chewebel ini melewati 2 tahap
pengujian dalam melakukan evaluasi granul yang nantinya untuk mengetahui hasil
akhir granul apakah sesuai dengan syarat yang telah ditentukan apakah tidak.
Pengujian ini adalah
·
Uji aliran granul,
adalah waktu seluruh massa yang melewati corong, syaratnya kurang dari 10
detik.
·
Uji pemampatan granul,
tinggi awal massa dalam gelas ukur dan tinggi akhir massa dalam gelas ukur,
syaratnya lebih dari 80%.
Untuk mengetahui hasil akhir granul,
harus dihitung berat akhir granul berbanding berat teoritis granul, syaratnya
90%-110%.
Hasil dari
evaluasi granul pada percobaan granulasi chewebel
yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut:
·
Uji Aliran Granul : Selama 12,5detik
(Tidak memenuhi syarat)
·
Uji pemampatan granul : 84.085
% (Tidak Memenuhi syarat)
·
dan Hasil akhir granul
(yield) : 77,64333 % (Tidak
Memenuhi
syarat)
Dikarenakan alat
pencetakan tablet tidak memadai jadi kami hanya melakukan percobaan hingga
pencampuran akhir saja tidak sampai pencetakan tablet jadi kami tidak tau
apakah formula dari kelompok kami bagus atau tidak, tapi dari hasil evaluasi
nya yaitu cukup baik.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang
kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pada granulasi cwebel ini bahan-bahan yang
sudah dicampur dilakukan dua pengujian yaitu:
1. Uji aliran granul, syarat 10 detik.
2. Uji
pemampatan granul, syarat 80%.
Setelah dilakukan pengujian
dihitung hasil akhir granul, dengan syarat 90%-110%. Hasil akhir granul pada kelompok kami adalah Tidak memenuhi syarat yaitu
sebesar 77,64333%.
SARAN
1. Untuk
proses dalam pembuatan tablet membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai
agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.
2.
Pembuatan tablet
membutuhkan konsentrasi dan ketelitian sangat tinggi, jadi kepada para
praktikan harap untuk melakukan percobaan dengan sangat teliti dalam menghitung
evaluasi agar dapat mengetahui apakah formula yang dicoba itu sesuai apa tidak
dengan syarat yang telah ditentukan.
PUSTAKA
-
Farmakope Indonesia Ed
III.
-
Farmakope Indonsia Ed IV, hal 538,489,771,515,748
-
Buku Modul Praktikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar